SIISKA | Sistem Informasi Inovasi Sekolah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur

Judul Inovasi

Mendesain Guru Bahasa Indonesia Di Awan Sma Negeri 1 Kepanjen

Nama Sekolah

SMAN 1 KEPANJEN - KAB. MALANG

Mulai Pelaksanaan

08 Jul 2019

Ringkasan Inovasi

Tantangan atau visi baru guru bahasa indonesia di awan khususnya ketika melayani pembelajaran maka guru Bahasa Indonesia harus memahami beberpa hal berikut ini; Pertama, guru Bahasa Indonesia dan generasi Z. Pembelajaran Bahasa Indonesia hingga detik ini harus berinovasi dan kekinian. Artinya pembelajaran di sekolah harus menyesuaikan konteksnya. Konteks media, rencana pembelajaran, materi, bahan ajar, dan tempat pembelajaran. Namun pada kenyataanya, apa yang dilakukan dalam “pembelajaran” belum semuanya mengarah pada konteks yang dimaksud. Tentu kita mengenal sebuah konsep belajar kapan saja, di mana saja dengan siapa saja. Maksudnya, pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah paling tidak mengacu pada konsep ini, dalam arti memanfaatkan fasilitas teknologi yang ada. Sekolah harus siap dan menyiapkan open educational recourses (OER) yakni dokumen dan media berlisensi terbuka yang berguna untuk tujuan pengajaran, pembelajaran, pendidikan, penilaian, dan penelitian. Sehingga guru siap “melayani” partisipan didik generasi alfa dalam pembelajaran. Disisi lain guru Bahasa Idnoesia juga harus melek IT, kreatif dan inovatif guna menunjang pembelajaran di sekolah

Latar Belakang

Ketika era revolusi industru 4.0 (di jepang sudah mencanangkan hidup era 5.0) sudah menjadi bagian dari hidup para guru di Indonesia khusunya di Jawa Timur, tentu harus disambut dengan riang gembira. Karena di era ini, manjadi tantangan khusus terutama guru bahasa indonesia dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Tidak jarang partisipan didik lebih senang berselancar di dunia maya untuk berliterasi memenuhi kebutuhan akan literasinya, karena mereka menginginkan informasi cepat, akurat dan faktual terkait materi yang dipelajarinya. Guru Bahasa Indonesia wajib hukumnya memahami pelbagai latar persoalan kebutuhan belajar partisipan didik, khusunya terkait dengan berbagai sumber referensi, model layanan pembelajaran dan hal lain yang menunjang lebutuhan untuk memenuhi asupan nutrisi literasi partisipan didiknya. Ibaratnya guru adalah “profesor” dihadapan partisipan didik ketika membelajarkan materi. Jangan sampai dengan adanya “banjir bandang informasi” guru Bahasa Indonesia tidak memanfaatkan layanan pembelajaranya untuk partisipan didik yang notabenya adalah generasi Z. Mereka adalah “serbaneka digital” atau bisa disebut penduduk digital. Semua hal yang terkait pembelajaran mereka menginginkan hal yang berbeda yakni dengan integrasi teknologi informasi. Inilah yang menjadi tantangan guru Bahasa Indonesia di era revolusi industri 4.0. 

Kesesuaian

Selain hal di atas, Guru Bahasa Indonesia berupaya “berubah” dari dunia nyata menjadi dunia awan. Sudah waktunya untuk melakukan invertasi pembelajaran digital. Mulai dari laman web pribadi yang di dalamnya terintegrasi dengan laman laman pendukung pembelajaran khususnya pada laman-laman pendukung pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pertama, untuk aspek pembelajaran khususnya linguistik dan sastra dapat diintegrasikan dengan laman atau website Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/ di dalam laman tersebut terdapat beberapa layanan yakni, aplikasi daring, produk, pojok bahasa, media sosial, selingan dan majalah. Semua layanan terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan kebahasan dan kesastraan. Kedua,  pembelajaran menulis untuk memenuhi daftar rujukan maka laman pribadi guru bahasa indonesia dapat ditautkan dengan laman penyedia jurnal melalui laman perpustakaan nasional RI dengan laman: http://e-resources.perpusnas.go.id/. Terdapat banyak jurnal daring yang dapat diakses secara gratis mulai artike jurnal nasional hingga artikel jurnal internasional. Ketiga, terdapat layanan E-learning tujuanya adalah untuk melaksanakan konsep belajar kapan saja, di mana saja dengan siapa saja. Dengan adanya e-learning guru Bahasa Indonesia dapat merencanakan pembelajaran, mengunggah materi dan melaksanakan evaluasi pembelaaran (asesmen) dapat dilaksanakan secara terukur dan sistematis yang terintegrasi dengan pranala pendukung pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dengan demikian guru Bahasa Indonesia dapat memperoleh kemudahan untuk memamnfaatkan beberapa layanan yang ada dan dapat difungsikan secara gratis. Sehingga dapat mendukung erwujudnya menjadi guru Bahasa Indonesia di awan.

Kontribusi

Guru Bahasa Indonesia sebagai seorang model dan figur harus memberikan contoh dalam kegiatan literasi. Wajib hukumnya guru memperbarui atau mengupdate informasi pengetahuan disipiln ilmunya dan perkembangan teknologi pembelajaran masa kini. Sekaligus harus mampu memadukan pengetahuan itu dengan disiplin ilmu yang lain. Partisipan didik geneasi alfa adalah generasi “post literate”. Ketika guru memberikan sebuah tugas dalam pembelajaran tentu harus melakukan penagihan yang “kreatif” misalnya melalui email, publish vedeo youtube, bloger, dan beberapa fasilitas teknologi yang dapat digunakan utuk mengkreasikan hasil pekerjaan partisipan didik. Tentu partisipan didik akan antusias dalam tugas yang seperti ini, karena itu bagian dunia mereka. Pembelajran hari ini harus harus diimbangi kecakapan multi model yakni pada prinsipnya merupakan pendekatan pembelajaran yang secara komprehensif mempertimbangkan kondisi psikologi perkembangan anak, materi pelajaran sebagai objek dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Secara teoretis, pembelajaran multimodel berupaya mengimplementasikan berbagai teori dan prinsip belajar yang telah ada serta mengakomodasi potensi dan modalitas partisipan didik dalam belajar (gaya belajar). Belajar tidak hanya menjadi latihan akademis - logika dan pemikiran, tetapi juga pengalaman pengembangan - hubungan sosial, dan emosional. Intinya adalah bahwa partisipan didik telah berubah, jadi pendekatan pengajaran perlu diubah juga.

Deskripsi

Berawal dari ide pertanian tumpang sari. Tentu dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai model pembelajaran yang inovatif. Karena jika kita melihat analoginya hasil akhirnya diharapkan lebih dari satu produk. Bagaimana jika pertanian kita adopsi sebagai model pembelajaran. Tentu menarik dan inovatif. Inovatif nya, jelas akan menghasilkan produk pembelajaran berbagai kompetensi. Misal, kita ibaratkan ada tanaman padi yang utama, dipinggir nya dikasih ikan dan ada tanaman sayur. Padi adalah kompetensi utama yang wajib dikuasai dengan disinergikan ikan sebagai kompetensi life skill dan sayur sebagai sinergi dari apa yang dilakukan keduanya. Jika guru mampu membuat model demikian tentu pembelajaran model tumpang sari akan memunculkan partisipan didik-partisipan didik kreatif. Karena kompetensi yang dihadapi adalah transkompetensi sehingga partisipan didik tidak sekadar bisa tetapi mampu mengaplikasikan dan mengajarkan kepada orang lain.

Nilai Inovatif

Pembelajaran Bahasa Indonesia tentang materi apapun harus “post linear” artinya melampaui linear. Bagaimana guru Bahasa Indonesia mampu mengaitkan sebuah materi pembelajaran dengan pendekatan digital. Karena partisipan didik generasi Z sebagai penduduk digital sehingga materi yang kita sampaikan tidak sebatas pada papan media tulis di papan tulis melainkan juga menggunakan open educational recourses (OER), elearning, learning management system, google scholing dan masih banyak aplikasi penunjang pembelajaran digital lainya. Hal ini menjadi sebuah keniscayaan bagi guru Bahasa Indonesia untuk memanfaatkan beberapa aplikasi penunjang pembelajaran guna memfasilitasi partisipan didik dalam proses pembelajaran.  

Sumber Daya

Tentu tuntutan akademis salah satu solusi untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran dengan partisipan didik generasi Z. Guru Bahasa Indonesia harus “bersekolah” ke jenjang berikutnya. Sering mengikuti kegiatan ilmiah akademis guna menyegarkan pengetahuan yang saat ini begitu cepatnya. Guru profesional adalah guru yang terus “bersekolah” pengetahuanya. Itulah yang dapat dicanangkan dalam benak seorang guru guna mencerdaskan, memperbaiki budi pekerti generasi bangsa dengan berbagai pendekatan pembelajaran dan kekuatan doa guru. Partisipan didik hari ini partisipan didik yang berbeda ajarilah dengan al yang berbeda pula.

Strategi Inovasi

Guru Bahasa Indonesia Trans-profsesional. Berangkat dari pengertian profesional, menukil dari KBBI kata profesional adalah memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, artinya seseorang jika dikatan profesional orang tersebut harus memiliki kompetensi tertentu dan mampu mengoprasionalkan. Dengan demikian profesional juga dapat diartikan orang yang ahli dalam bidangnya. Selanjutnya, apakah yang disebut trans-profesional secara sederhana bisa kita artikan orang yang memiliki lebih dari satu kompetensi yang dapat dioprasionalkan secara harmoni. Artinya melampaui profesional.

Pelaksanaan Dan Evaluasi


Hasil Evaluasi

Covid-19

Pemangku Inovasi

Kepala Sekolah, Guru dan Pemangku pendidikan serta pengembang teknologi pendidikan

Faktor Penentu

Pembelajaran model tumpang sari bisa diformulasikan bahwa pembelajaran tumpang sari juga dapat membantu partisipan didik untuk belajar mandiri. Kemandirian mereka bisa kita arahkan dengan kompetensi yang ada. Dengan menambahkan kompetensi yang sesuai dengan zaman mereka. Diharapkan partisipan didik memperoleh trans kompetensi dari apa yang ada sehingga partisipan didik bisa menjalani pembelajaran melalui kehidupan mereka masing-masing. Semangat berkarya dan berinovasi guna menjemput masa gemilang, masa kaca partisipan didik kita menjadi generasi hebat. Teruslah berkarya, berpikir, berproses, berinovasi dan bersinergi dengan hal yang menunjang kompetensi-koopetensi pembelajaran kita selama ini.

Video Inovasi